Mengeras
Pernahkah Anda merasa "macet" dalam hubungan dengan Tuhan? Seperti berdoa, tetapi jawaban tak kunjung datang, atau membaca Alkitab tapi hati terasa dingin? Bisa jadi, ini tanda hati kita mulai "mengeras" — seperti tanah kering yang sulit menyerap air. Alkitab menyebut sikap ini sebagai keras kepala , dan itu sering kali menjadi penghalang untuk mengalami kehendak Tuhan. Mari kita renungkan firman-Nya hari ini.
1. Mengakui Kebutaan Hati (Kisah Para Rasul 7:51)
"Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus..."
Stefanus, seorang hamba Tuhan, menegur para pemimpin agama yang menolak kebenaran tentang Yesus. Mereka "menutup telinga" karena hati mereka telah keras. Kita pun bisa seperti mereka: merasa benar sendiri, tidak terbuka pada koreksi, atau terlalu bangga untuk mengaku salah. Pertanyaan refleksi: Apakah ada kebiasaan, pendapat, atau keputusan dalam hidup saya yang saya pertahankan mati-matian, bahkan ketika Tuhan berusaha mengubahnya?
2. Memohon Hati yang Baru (Yehezkiel 36:26)
"Aku akan memberikan hati yang baru kepadamu dan roh yang baru di dalam batinmu..."
Tuhan tidak membiarkan kita dalam keadaan "kering". Lewat Yehezkiel, Ia berjanji memberikan hati yang lunak — hati yang mau mendengar, berbelas kasih, dan taat. Ini bukan sekadar perubahan perilaku, tapi transformasi dari dalam oleh Roh Kudus. Tantangan: Mari berdoa hari ini, "Tuhan, ubah hatiku. Jadikan aku peka pada suara-Mu."
3. Memeriksa Motivasi (Yakobus 4:3)
"…dan kamu tidak menerimanya, karena kamu salah berdoa, sebab doamu itu berasal dari keinginanmu untuk memuaskan hawa nafsumu."
Kesalahan terbesar dalam doa bukanlah kurangnya iman, tapi hati yang egois. Kita sering meminta sesuatu untuk kepuasan diri, bukan untuk kemuliaan Tuhan. Contoh: Meminta kekayaan untuk pamer, atau kesembuhan tanpa belajar bersyukur dalam penderitaan. Evaluasi diri: Apakah doa-doaku lebih sering tentang "apa yang saya inginkan" atau "apa yang Tuhan rencanakan"?
4. Meneladani Kerendahan Hati Kristus (Lukas 22:41-42)
"…Ia pergi sedikit lebih jauh, lalu sujud dan berdoa: ‘Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi janganlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.’"
Yesus, Sang Juruselamat, menunjukkan sikap hati yang sempurna: tunduk pada kehendak Bapa, bahkan di saat paling berat. Kerendahan hati-Nya mengajarkan kita untuk tidak memaksa Tuhan mengikuti keinginan kita, tapi belajar berkata, "Jalan-Mu yang terbaik."
Aplikasi Praktis:
- Hari ini, luangkan 5 menit untuk diam dan bertanya: "Tuhan, adakah hal yang harus saya lepas atau ubah dalam hidup saya?"
- Tulis satu area di mana Anda merasa "keras kepala" (misal: pekerjaan, hubungan, kebiasaan) dan serahkan kepada Tuhan.
- Berdoalah dengan jujur: "Tuhan, lunakkan hatiku. Ajar aku mendengar dan taat."
Penutup:
Hati yang lunak adalah hadiah terindah yang bisa kita berikan kepada Tuhan — karena hanya di sana, firman-Nya bisa berakar, tumbuh, dan menghasilkan buah. Jangan biarkan kekerasan hati membutakan Anda dari kasih dan rencana-Nya.
"Hati yang hancur adalah persembahan bagi Tuhan; hati yang remuk redam tidak akan Ia pandang hina." (Mazmur 51:19)
Doa:
Tuhan, maafkan aku jika selama ini hatiku keras dan egois. Beri aku hati yang baru — hati yang mau mendengar, taat, dan rendah hati seperti Yesus. Amin.
Renungan ini disusun untuk mengajak kita kembali pada kerendahan hati dan keterbukaan terhadap suara Tuhan. Bagikan kepada saudara seiman yang membutuhkan dorongan spiritual!