Suami sebagai Imam yang Membangun Keluarga dalam Intimasi dengan Tuhan

Bacaan: 1 Timotius 2:8, Amsal 22:6, Mazmur 127:1

Seorang suami adalah imam bagi keluarganya—pemimpin yang bertanggung jawab membawa istri dan anak-anaknya semakin dekat kepada Tuhan. Namun, untuk menjadi imam yang efektif, ia harus terlebih dahulu membangun hubungan intim dengan Tuhan. Tanpa keintiman ini, kepemimpinan rohani di rumah hanya menjadi formalitas, bukan fondasi yang hidup. Alkitab menegaskan: “Aku menghendaki supaya di mana saja orang laki-laki berdoa, mengangkat tangan yang suci tanpa marah dan tanpa perselisihan” (1 Timotius 2:8). Ayat ini mengajarkan bahwa seorang suami dipanggil untuk menjadi pribadi yang dekat dengan Tuhan, penuh kerendahan hati, dan menjadi teladan dalam doa dan kesucian.

Mengapa Intimasi dengan Tuhan Penting bagi Suami?

  1. Menjadi Sumber Kekuatan Rohani
    Ketika suami berakar dalam Firman Tuhan, ia memiliki kekuatan untuk memimpin keluarga melewati tantangan hidup. Seperti yang ditulis Paulus dalam Efesus 5:25, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat.” Kasih Kristus hanya bisa dialirkan jika suami terus terhubung dengan Sumber Kasih itu sendiri.
  2. Menjadi Model Iman bagi Anak-Anak
    Anak-anak belajar iman pertama kali dari teladan ayah mereka. Dalam Kitab Amsal 22:6, dikatakan, “Didiklah anakmu di jalan yang patut, maka sampai tua pun ia tidak akan menyimpang daripadanya.” Jika seorang ayah rajin berdoa, membaca Alkitab, dan hidup dalam takut akan Tuhan, anak-anak akan melihat iman sebagai sesuatu yang nyata, bukan sekadar ritual.
  3. Memulihkan Hubungan Keluarga dengan Tuhan
    Billy Graham pernah berkata, “Seorang ayah yang berlutut dalam doa akan melihat anak-anaknya bangkit dalam kebenaran.” Ketika suami tekun mencari Tuhan, ia menciptakan “atmosfer surgawi” di rumah, di mana istri dan anak-anak merasa aman untuk kembali kepada Bapa surgawi.

Kutipan Pakar untuk Memperkuat Panggilan Ini

  • John Maxwell , ahli kepemimpinan Kristen, menekankan: “Seorang pemimpin tidak mengajak orang mengikutinya, tetapi mengajak mereka mengikut Kristus.” Suami yang dekat dengan Tuhan akan memimpin keluarga bukan dengan otoritas daging, tetapi dengan kuasa Roh Kudus.
  • C.S. Lewis mengingatkan: “Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi nyaman, tetapi untuk menjadi kudus.” Kekudusan seorang suami dimulai dari kesetiaannya bersekutu dengan Tuhan, bahkan di tengah kesibukan hidup.

Langkah Praktis Membangun Intimasi dengan Tuhan

  1. Luangkan Waktu Khusus untuk Tuhan
    Bangun lebih pagi untuk berdoa dan baca Alkitab. Seperti Daud berkata, “Di waktu pagi, Engkau mendengar seruanku” (Mazmur 5:3).
  2. Libatkan Keluarga dalam Ibadah
    Pimpin doa bersama, diskusi Firman, atau ibadah keluarga sederhana. Ini adalah cara konkret menjadi imam bagi rumah tangga.
  3. Hidup dalam Pertobatan dan Pengampunan
    Kesalahan adalah bagian dari hidup, tetapi suami yang rendah hati akan meminta maaf dan terus belajar mengandalkan Tuhan.

Penutup

Seorang suami yang intim dengan Tuhan adalah mercusuar bagi keluarganya. Ia tidak hanya memimpin, tetapi juga menyinari komunitas melalui kesetiaan istrinya dan kehidupan anak-anak yang takut akan Tuhan. Seperti janji Tuhan dalam Mazmur 127:1, “Jika Tuhan tidak membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.” Mari menjadi suami yang membangun rumah tangga di atas Dasar yang Kekal—Yesus Kristus.

“Imam yang baik bukanlah yang sempurna, tetapi yang terus mencari wajah Tuhan.” Billy Graham


Melepaskan Beban, Memeluk Janji
Kekuatan dan Penghiburan bagi Suami/Kepala Rumah Tangga yang Kehilangan Pekerjaan