Bacaan Utama:
Dalam Markus 11:12-14, Yesus melihat pohon ara yang berdaun lebat dari jauh, tetapi saat diperiksa, pohon itu tidak menghasilkan buah. Yesus lalu berkata, "Semoga sekalipun seorangpun tidak memakan buahmu selama-lamanya." Seketika itu juga, pohon ara itu menjadi kering. Peristiwa ini mengajarkan bahwa kesan lahiriah yang baik tidak cukup jika tidak diiringi buah nyata .Peristiwa ini tidak hanya mengajarkan tentang kuasa iman, tetapi juga menjadi metafora tentang pentingnya kesungguhan dan buah nyata dalam kehidupan iman . Bagaimana prinsip ini dapat diterapkan dalam konteks menjadi suami yang "berbuah nyata" dalam rumah tangga?
Aplikasi untuk Pria/Suami Hari Ini:
Pohon ara yang dikutuk Yesus memiliki daun yang rimbun, tetapi tidak menghasilkan buah. Ini melambangkan penampilan lahiriah yang baik tetapi kosong secara esensial.
Sebagai suami, kita mungkin seringkali terjebak dalam "tampilan luar" yang baik: rajin bekerja, hadir dalam acara keluarga, atau tampak religius. Namun, apakah ada buah nyata dalam hidup kita?
- Buah Roh (Galatia 5:22-23): Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
- Buah dalam Keluarga: Kepemimpinan yang penuh kasih, komitmen untuk memperbaiki diri, dan kehadiran yang bermakna bagi istri dan anak-anak.
Dalam konteks pernikahan, seorang suami mungkin terlihat baik di mata orang lain (misalnya: rajin bekerja, memenuhi kebutuhan keluarga, atau hadir secara fisik), tetapi tidak memiliki buah rohani atau relasional yang mendalam.
- Refleksi : Apakah kehidupan rumah tangga hanya sekadar "rutinitas" tanpa kedekatan emosional, komunikasi yang jujur, atau kasih yang tulus?
- Tantangan : Suami perlu memeriksa hati dan motivasi. Apakah tindakan kita dilakukan dengan hati yang tulus untuk memuliakan Tuhan dan mencintai keluarga, atau hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial?
Buah yang Berasal dari Integritas dan Kesetiaan
Yesus mengecam agama yang formalistik (seperti yang ditunjukkan dalam perikop pembersihan Bait Allah sesudahnya, Markus 11:15-19). Demikian pula, seorang suami yang "berbuah nyata" tidak hanya menjalankan peran secara lahiriah, tetapi hidup dalam integritas dan kesetiaan .
- Buah Rohani : Kasih, kesabaran, kelemahlembutan, dan pengendalian diri (Galatia 5:22-23) harus menjadi karakter yang nyata dalam pergaulan sehari-hari.
- Kesetiaan dalam Komitmen : Seperti Kristus setia kepada gereja (Efesus 5:25-28), suami dipanggil untuk mencintai istri dengan pengorbanan dan kesetiaan yang konsisten, bahkan dalam situasi sulit.
Iman yang Menghasilkan Tindakan Nyata
Yesus menekankan iman yang berbuah dalam Markus 11:22-24 ("...apapun yang kamu minta dalam doa, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu"). Dalam pernikahan, iman bukan hanya keyakinan abstrak, tetapi kepercayaan yang menggerakkan tindakan konkret .
- Contoh :
- Pelayanan Kasih : Mengasihi istri "seperti tubuhnya sendiri" (Efesus 5:28) dengan perhatian praktis, seperti mendengarkan keluh kesahnya, meringankan beban pekerjaan rumah, atau mendukung impian dan pertumbuhan pribadinya.
- Kepemimpinan yang Melayani : Memimpin keluarga bukan dengan otoritas, tetapi dengan kerendahan hati, seperti Kristus yang "datang untuk melayani" (Markus 10:45).
Konsekuensi dari Ketidakberbuah
Pohon ara yang layu mengingatkan kita bahwa ketidakberbuah dapat menyebabkan "kematian" relasional. Dalam rumah tangga, ketika suami gagal menghasilkan buah kasih dan kesetiaan, dampaknya bisa berupa kehancuran kepercayaan, keintiman yang hilang, atau bahkan perceraian.
- Pertobatan dan Pemulihan : Jika ada kegagalan, suami perlu merendahkan diri, meminta ampun kepada Tuhan dan pasangan, serta berkomitmen untuk berubah (2 Korintus 7:10).
Mengandalkan Kuasa Tuhan, Bukan Sekadar Usaha Sendiri
Yesus menunjukkan bahwa iman yang kecil pun dapat menggerakkan gunung (Markus 11:23). Demikian pula, menjadi suami yang berbuah nyata tidak bergantung pada kekuatan manusia, tetapi pada ketergantungan total kepada Roh Kudus .
- Doa dan Transformasi : Memohon pertolongan Tuhan untuk mengubah hati dan karakter, serta membuka diri terhadap proses pembentukan ilahi (Roma 12:2).
- Komunitas yang Menopang : Terlibat dalam kelompok kecil atau mentor rohani untuk akuntabilitas dan pertumbuhan bersama.
Ayat Alkitab Pendukung:
- "Demikianlah setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 7:19)
- "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." (Yakobus 2:26)
Kutipan Inspiratif:
- C.S. Lewis: "Integritas adalah melakukan hal yang benar, bahkan ketika tidak ada yang melihat."
- John Wooden (Pelatih Legendaris): "Lebih penting menjadi pribadi berkarakter daripada sekadar memiliki reputasi."
Refleksi untuk Diterapkan:
- Periksa Diri: Apakah "daun" (tampilan) kita lebih subur daripada "buah" (tindakan nyata)?
- Prioritaskan Kualitas Hidup: Fokuslah pada pertumbuhan rohani dan hubungan yang autentik, bukan sekadar pencitraan.
- Ambil Tindakan Kecil: Luangkan waktu untuk mendengarkan istri, menolong pekerjaan rumah, atau memimpin doa keluarga—tindakan sederhana yang berbuah kekekalan.
Penutup:
Allah tidak melihat tampilan luar, tetapi hati dan buah yang kita hasilkan (1 Samuel 16:7). Jadilah suami yang menghasilkan buah yang memuliakan-Nya, bukan sekadar daun yang layu.
"Apa yang keluar dari mulut, berasal dari hati, dan itulah yang menajiskan orang." (Matius 15:18) — Hati yang tulus akan menghasilkan tindakan yang berbuah.
Selamat merenung dan bertumbuh! 🌱